Memulai bahasan tentang pengaruh-pengaruh negatif dari FITNAH yang melanda, Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr hafizhahullahu ta’ala menyebutkan:
Termasuk pengaruh negatif FITNAH adalah
bahwa FITNAH menyebabkan berpalingnya seseorang dari ibadah–yang untuk
ibadah itulah manusia diciptakan–dan dari ketaatan–yang seseorang itu
dilahirkan untuk mewujudkannya.
Juga dapat memalingkan seseorang dari zikir kepada Allah tabaraka wa ta’ala, sehingga jadilah hidupnya, hari-harinya, waktu-waktunya tersibukkan dengan “katanya dan katanya” [qila wa qala]
serta perkara-perkara yang rusuh dan FITNAH-FITNAH terus menjadi-jadi.
Hatinya menjadi kacau, berubah-ubah dan tersibukkan. Ia pun tidak bisa
diam, tidak bisa tenang, dan tidak bisa mewujudkan zikir kepada Allah tabaraka wa ta’ala dengan hati yang tenang, sehingga hatinya berguncang-guncang, pikirannya kacau, dan perasaannya gundah-gulana.
Karena itulah, datang di dalam hadits yang shahih dari nabi ‘alaihi ash shalatu wa as sallam bahwa beliau bersabda,
عِبَادَةٌ فِي الْحَرْجِ كَهِجْرَةِ إِلَيَّ
“Beribadah di masa al harj seperti hijrah kepadaku.” [HR. Ath Thabarani di Al Kabir [20/13] dari hadits Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu dan disahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih Al Jami’ (no. 3974)]
Al harj adalah apa yang terjadi
di tengah manusia berupa perkara-perkara yang membuat kacau dan
goncang–ketika datang silih berganti kekacauan serta menyebar di tengah
manusia FITNAH-FITNAH, pembunuhan, dan yang semisal itu. Siapa saja yang
menjumpai masa seperti itu sibuk dengan beribadah kepada Allah tabaraka wa ta’ala, maka ia seperti orang yang berhijrah kepada nabi ‘alaihi ash shalatu wa as salam. Dan itu semua menjelaskan bahwa siapa saja yang mendapatkan al harj [tetapi] sibuk dengan ibadah, maka sesungguhnya ia telah diberi taufik, selamat dari kerusakan-kerusakan FITNAH.
Sumber: Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Musin Al Badr. Atsar Al Fitan. Madinah: TPn. 1413 H, halaman 15-16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar