BTemplates.com

Pages

Minggu, 15 November 2015

Sama-Sama Berpegang dengan Al Quran dan As Sunnah Tetapi Justru Saling Menuduh dan Menjatuhkan?



Dalam kitab Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al ‘Abbad Al Badr hafizhahullahu ta’ala mengatakan,

"Jadi, ahlus sunnah wal jamaah mereka adalah pengikut apa yang di atasnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau. Ahlus sunnah wal jamaah dinisbatkan kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau dorong untuk berpegang dengannya melalui sabda beliau,
ﻓَﻌَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺎﻟﺴُّﻨَّﺘِﻲ ﻭَﺳُﻨَّﺔِ ﺍﻟْﺨُﻠَﻔَﺎﺀِ ﺍﻟﺮَّﺷِﺪِﻳْﻦَ ﺍﻟْﻤَﻬْﺪِﻳِّﻴْﻦَ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻱْ ، ﺗَﻤَﺴَّﻜُﻮﺍْ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﻋَﻀُّﻮﺍْ ﺑَﺎﻟﻨَّﻮَﺍﺟِﺬِ
“Maka, hendaklah kalian berpegang dengan sunnah ku dan sunnah para khalifah yang lurus lagi diberi petunjuk setelahku. Berpeganglah dengannya dan gigitlah dengan gigi-gigi geraham.”

Dan yang beliau peringatkan dari menyelisihinya melalui sabda beliau,
ﻭَﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺕِ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮْﺭِ ﻓَﺈِﻥَّ ﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔ
“Dan hati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru dalam agama. Sebab sesungguhnya setiap bidah itu sesat.”

Dan juga sabda beliau,
ﻣَﻦْ ﺭَﻏِﺐَ ﻋَﻦْ ﺳُﻨَّﺘِﻲ ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻣِﻨِّﻲ
“Siapa saja yang membenci sunnahku, maka ia bukan dari golonganku.”

Yang seperti itu berbeda dengan orang-orang selain mereka dari kalangan para pengikut hawa nafsu dan kebidahan yang meniti jalan yang bukan jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat-sahabat beliau.

Karena itu, akidah ahlus sunnah muncul sesuai dengan risalah yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan para pengikut hawa nafsu akidah-akidah mereka muncul setelah zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya, ada yang muncul di akhir zaman sahabat Rasulullah. Di antaranya, ada yang muncul setelah itu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa siapa saja dari sahabat beliau yang hidup setelah beliau akan mendapati perpecahan dan perselisihan. Karenanya, beliau bersabda,
ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣَﻦْ ﻳَﻌِﺶْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻓَﺴَﻴَﺮَﻯ ﺍﺧْﺘِﻠَﺎﻓﺎً ﻛَﺜِﻴْﺮﺍً
“Sebab sesungguhnya siapa saja yang hidup di antara kalian [nanti] akan melihat perselisihan yang sangat banyak.”

Setelah itu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi petunjuk untuk meniti jalan yang lurus. Yaitu, dengan mengikuti sunnah beliau dan sunnah para khalifah yang diberi petunjuk. Beliau juga memperingatkan dari berbagai perkara yang diada-adakan dalam agama. Beliau mengabarkan bahwa perkara-perkara tersebut adalah kesesatan. Dan bukan sesuatu yang masuk akal, juga bukan sesuatu yang bisa diterima, bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembunyikan al haq dan hidayah dari para sahabat beliau radhiyallahu ‘anhum dan menjelaskannya kepada orang-orang yang datang setelah mereka. Sebab sesungguhnya kebidahan-kebidahan yang diada adakan itu semuanya buruk. Jika ada sesuatu yang baik di dalamnya, niscaya para sahabat telah melakukannya. Akan tetapi, semua kebidahan adalah keburukan yang dengannya diuji kebanyakan orang yang datang setelahnya yang mereka mengubah apa yang ada pada para sahabat Rasulullah radhiyallahu ‘anhum.

Dan sungguh Imam Malik rahimahullah pernah mengatakan, “Tidak akan baik generasi akhir umat ini, kecuali dengan apa yang membuat baik generasi awal umat ini.”

Karena itulah, ahlus sunnah menyandarkan diri mereka kepada sunnah. Sementara orang-orang selain mereka menyandarkan diri kepada ajaran-ajaran yang batil, seperti Jabariyah, Qadariyah, Murji-ah, dan Imamiyah Itsna Asyariyah. Atau, kepada nama-nama individu tertentu seperti Jahmiyah, Zaidiyah, Asy’ariyah, dan Ibadhiyah. Akan tetapi, tidaklah dikatakan bahwa yang belakangan ini disebut Wahhabiyah disandarkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah. Sebab sesungguhnya ahlus sunnah di zaman beliau dan setelah beliau tidak menggunakan nisbat tersebut. Sebab beliau rahimahullah tidak datang dengan sesuatu yang baru hingga disandarkan kepada beliau. Sebaliknya, beliau mengikuti apa yang di atasnya para as salafus shalih, menampakkan dan menyebarkan sunnah serta mendakwahkannya.
Para pendengki menyematka
n nisbat tersebut kepada dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah yang bersifat perbaikan untuk membuat kacau umat, memalingkan mereka dari al haq dan hidayah, dan agar mereka terus tetap di atas berbagai kebid'ahan yang diada-adakan dalam agama yang menyelisihi ahlus sunnah wal jamaah.

Dalam kitab Al I’tisham (1/79), Imam Asy Syathibi mengatakan,
“Berkata Abdurrahman bin Mahdi, ‘Imam Malik bin Anas pernah ditanya tentang As Sunnah. Maka, beliau menjawab: As Sunnah adalah sebuah tuntunan yang tidak ada istilah lain untuknya kecuali tuntunan Rasulullah. Dan beliau membacakan,
ﻭَﺃَﻥَّ ﻫَـﺬَﺍ ﺻِﺮَﺍﻃِﻲ ﻣُﺴْﺘَﻘِﻴﻤﺎً ﻓَﺎﺗَّﺒِﻌُﻮﻩُ ﻭَﻻَ ﺗَﺘَّﺒِﻌُﻮﺍْ ﺍﻟﺴُّﺒُﻞَ ﻓَﺘَﻔَﺮَّﻕَ ﺑِﻜُﻢْ ﻋَﻦ ﺳَﺒِﻴﻠِﻪِ
Dan inilah jalanKu yang lurus. Ikutilah jalan ini dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain yang itu akan mencerai-beraikan kalian dari jalan Allah (QS. Al An’am: 153)’.”

Dalam kitab Madarij As Salikin (3/179), Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala mengatakan,
“Sejumlah imam pernah ditanya tentang As Sunnah. Maka, mereka menjawab, ‘Sebuah tuntunan yang tidak ada istilah lain untuknya kecuali tuntunan Rasulullah’. Maksudnya, ahlus sunnah itu tidak ada nama untuk disandarkan kepada mereka kecuali As Sunnah.”

Dalam kitab Al Intifa’ karya Ibnu Abdil Barr (halaman 35), seorang laki-laki pernah bertanya kepada Imam Malik,
“Siapa itu ahlus sunnah ?”. Beliau pun menjawab, “Ahlus sunnah adalah yang tidak memiliki julukan supaya dapat dikenali dengannya. Tidak [seperti] Jahmi, Qadari, dan tidak pula [seperti] Rafidhah.”

🏻Tidak diragukan lagi bahwa yang wajib bagi ahlus sunnah di setiap masa dan di setiap tempat adalah saling bersaudara dan saling menyayangi antara mereka serta saling tolong-menolong di atas kebaikan dan ketakwaan. Sungguh, di antara yang sangat disayangkan di zaman kita ini adalah apa yang terjadi di sebagian ahlus sunnah dari itu kekasaran dan perselisihan yang membuat satu sama lain saling menyibukkan dengan melakukan Jarh, Tahdzir, dan Hajr.
🏻Padahal yang wajib adalah mengarahkan segala daya-upaya mereka untuk menghadapi selain mereka dari kalangan orang-orang kafir dan ahlul bid’ah yang memusuhi ahlus sunnah. Juga untuk menjadikan antara mereka [ahlus sunnah itu] saling mengasihi dan saling menyayangi, mengingatkan satu sama lain dengan santun dan lembut."

 http://dakwahislam.net/sama-sama-berpegang-dengan-al-qur-an-dan-as-sunnah-tetapi-justru-saling-menuduh-dan-menjatuhkan/

Selasa, 10 November 2015

Seharusnya Seorang Dai Itu Berwajah Ramah dan Bertutur-Kata Baik


ROSULULLOH MENANGIS DAN PINGSAN KETIKA MENDENGAR KISAH NERAKA.

Jika Ulama Kibar Berselisih dalam Menilai Seseorang, Pendapat Manakah yang Diambil?


More
1 of 173


 

Blogger news

Blogroll

About