KHUTBAH IDUL FITRI : AGAR ISTIQOMAH SETELAH RAMADHAN
Disusun kembali oleh : Hafidz Abu Abdillah
Jama’ah shalat Idul Fithri yang semoga dirahmati oleh Allah,
Ma'asyirul Muslimin... Hari ini kita berada
dalam hari besar, hari perayaan, hari di mana kita kembali berbuka puasa, yaitu
hari Idul Fithri Sungguh indah di pagi hari yang penuh dengan
kebahagiaan dan kegembiraan...kita buka hari raya kita...hari raya kaum
muslimin dengan bertakbir, ruku, dan sujud dengan menghinakan diri kita di
hadapan Yang Maha Kuasa, Yang telah menganugerahkan kepada kita seluruh nikmat
dan karunia. Inilah keistimewaan hari-hari raya kaum muslimin...(pertama)
dirayakan setelah melakukan ibadah yang agung dan (kedua) dibuka dengan sholat
sebagai rasa syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa.
hari raya idhul fithri, yang didahului dengan menahan
lapar dan dahaga sebulan penuh, didahului dengan sholat tarwih dan qiyamul
lail, lalu setelah itu bergembira di hari raya yang dibuka dengan sholat Idhul
Fithri. Inilah keistimewaan hari raya Islam yang jauh berbeda dengan
perayaan-perayaan kaum musyrikin dan jahiliyah dan hari raya mereka tanpa
didahului ibadah dan murni hanya murni berisi kesenangan duniawi, dan bahkan
kebanyakannya hanyalah murni kemaksiatan dan pengumbaran syahwat.
Kita bersyukur pada Allah yang mengizinkan kita untuk sujud dan menghinakan diri kita di pagi hari yang mulia ini..., kita benar-benar berprasangka baik kepada Allah yang telah mengizinkan kita berpuasa, mengizinkan kita untuk sholat tarawih, mengizinkan kita untuk qiyamul lail, mengizinkan kita untuk membasahi lidah kita dengan lantunan ayat-ayatNya, yang telah mengizinkan kita untuk sholat di pagi hari ini... kita berprasangka baik pula kepadaNya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan amalan hamba-hambaNya....
Kita sadar bahwa amalan kita selama bulan Ramadhan penuh dengan kekurangan dan kesalahan, akan tetapi kita sangat yakin bahwa Tuhan kita, Pencipta kita, Pemberi hidayah kepada kita, adalah Dzat Yang Maha baik, Dzat yang Maha memaafkan, Dzat yang maha Penyayang, Dzat yang Maha Pengampun.
Oleh karenanya di atas mimbar yang mulia ini kita berdoa kepada Allah dengan bertawassul dengan nama-namanya Yang Maha Indah, dengan sifat-sifatNya yang Maha Agung agar Allah menerima seluruh ibadah kita, agar para hadirin sekalian di pagi hari ini diampuni dosa-dosanya oleh Allah, agar para hadirin, bapak-bapak dan para ibu sekalian dimasukkan ke dalam surga Allah...aamiin yaa Robbal 'aalamiin.
Allahu akbar, Allahu Akbar, Laa ilaha illallahu allahu akbar, allahu akbar walillahil hamd...,
Kita bersyukur pada Allah yang mengizinkan kita untuk sujud dan menghinakan diri kita di pagi hari yang mulia ini..., kita benar-benar berprasangka baik kepada Allah yang telah mengizinkan kita berpuasa, mengizinkan kita untuk sholat tarawih, mengizinkan kita untuk qiyamul lail, mengizinkan kita untuk membasahi lidah kita dengan lantunan ayat-ayatNya, yang telah mengizinkan kita untuk sholat di pagi hari ini... kita berprasangka baik pula kepadaNya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan amalan hamba-hambaNya....
Kita sadar bahwa amalan kita selama bulan Ramadhan penuh dengan kekurangan dan kesalahan, akan tetapi kita sangat yakin bahwa Tuhan kita, Pencipta kita, Pemberi hidayah kepada kita, adalah Dzat Yang Maha baik, Dzat yang Maha memaafkan, Dzat yang maha Penyayang, Dzat yang Maha Pengampun.
Oleh karenanya di atas mimbar yang mulia ini kita berdoa kepada Allah dengan bertawassul dengan nama-namanya Yang Maha Indah, dengan sifat-sifatNya yang Maha Agung agar Allah menerima seluruh ibadah kita, agar para hadirin sekalian di pagi hari ini diampuni dosa-dosanya oleh Allah, agar para hadirin, bapak-bapak dan para ibu sekalian dimasukkan ke dalam surga Allah...aamiin yaa Robbal 'aalamiin.
Allahu akbar, Allahu Akbar, Laa ilaha illallahu allahu akbar, allahu akbar walillahil hamd...,
kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah, jikalau kita
pada hari ini berhari raya dengan penuh kebahagiaan, penuh dengan ketenangan
dan ketentraman, bertemu dengan sanak saudara, sahabat, dan handai taulan, maka
ingatlah...bahwasanya masih banyak saudara-saudara kita di negeri yang lain
yang merayakan hari raya dengan penuh kegentingan dan disertai dentuman peluru,
rudal, dan bom....seperti di suriah, irak dan palestina.
Setelah mereka berpuasa dengan suasana yang mencekam, mereka pun berhari raya dengan suasana yang disertai dengan tangisan dan darah yang mengalir. Maka di mimbar yang mulia ini, ditengah kegembiraan dan kesenangan serta kebahagiaan, kita memohon kepada Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Kuat agar menguatkan hati-hati mereka, agar menegarkan mereka di atas agama mereka, agar merahmati dan mengampuni yang meninggal diantara mereka. Semoga Allah menguatkan mereka dan menjadikan syahid bagi yang gugur di tengah konflik peperangan.
Ma'aasyirol muslimin rahimakumullah, pada hari ini orang-orang yang telah berpuasa berhak untuk bergembira. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عَنْدِ لِقَاءِ رَبِّهِ
"Bagi orang yang berpuasa dua kegembiraan, kegembiraan tatkala berbukanya, dan kegembiraan tatkala bertemu dengan Robnya"
Sebagian ulama berpendapat bahwa kegembiraan pertama tidak hanya terbatas pada tatkala ia berbuka puasa, akan tetapi juga adalah kegembiraan tatkala berbuka di hari raya. Kita bersenang-senang pada hari ini dengan menunjukkan kegembiraan, akan tetapi jangan sampai kegembiraan ini dikotori dengan berbagai macam kemaksiatan. Sebagian orang menjadikan hari raya sebagai awal hari kemaksiatan, seakan-akan belenggu Ramadhan telah terlepas darinya. Ia bisa bebas kembali melampiaskan syahwatnya. Sungguh celaka orang yang tidak mengenal Robnya kecuali hanya bulan Ramadhan saja, ia tidak beribadah kepada Allah kecuali di bulan Ramadhan, setelah Ramadhan berlalu maka iapun melupakan Robnya. Hendaknya ia sadar bahwa Tuhan bulan Ramadhan Dialah juga Tuhan bulan-bulan yang lainnya. Hendaknya ia ingat bahwa Tuhan yang telah memerintahkan ia untuk beribadah di bulan Ramadhan Dialah Tuhan yang telah memerintahkan untuk menyembahnya di bulan-bulan yang lainnya.
Setelah mereka berpuasa dengan suasana yang mencekam, mereka pun berhari raya dengan suasana yang disertai dengan tangisan dan darah yang mengalir. Maka di mimbar yang mulia ini, ditengah kegembiraan dan kesenangan serta kebahagiaan, kita memohon kepada Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Kuat agar menguatkan hati-hati mereka, agar menegarkan mereka di atas agama mereka, agar merahmati dan mengampuni yang meninggal diantara mereka. Semoga Allah menguatkan mereka dan menjadikan syahid bagi yang gugur di tengah konflik peperangan.
Ma'aasyirol muslimin rahimakumullah, pada hari ini orang-orang yang telah berpuasa berhak untuk bergembira. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عَنْدِ لِقَاءِ رَبِّهِ
"Bagi orang yang berpuasa dua kegembiraan, kegembiraan tatkala berbukanya, dan kegembiraan tatkala bertemu dengan Robnya"
Sebagian ulama berpendapat bahwa kegembiraan pertama tidak hanya terbatas pada tatkala ia berbuka puasa, akan tetapi juga adalah kegembiraan tatkala berbuka di hari raya. Kita bersenang-senang pada hari ini dengan menunjukkan kegembiraan, akan tetapi jangan sampai kegembiraan ini dikotori dengan berbagai macam kemaksiatan. Sebagian orang menjadikan hari raya sebagai awal hari kemaksiatan, seakan-akan belenggu Ramadhan telah terlepas darinya. Ia bisa bebas kembali melampiaskan syahwatnya. Sungguh celaka orang yang tidak mengenal Robnya kecuali hanya bulan Ramadhan saja, ia tidak beribadah kepada Allah kecuali di bulan Ramadhan, setelah Ramadhan berlalu maka iapun melupakan Robnya. Hendaknya ia sadar bahwa Tuhan bulan Ramadhan Dialah juga Tuhan bulan-bulan yang lainnya. Hendaknya ia ingat bahwa Tuhan yang telah memerintahkan ia untuk beribadah di bulan Ramadhan Dialah Tuhan yang telah memerintahkan untuk menyembahnya di bulan-bulan yang lainnya.
Kita terus berdoa pada
Allah, moga amalan kita di bulan Ramadhan diterima di sisi Allah. Moga amalan
kita yang penuh kekurangan tetap mendapatkan balasan terbaik di sisi-Nya. Moga
Allah juga mengampuni kesalahan dan setiap kelalaian kita selama beramal di
bulan Ramadhan.
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ وَأَجَلُّ اللهُ
أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا
Allahu akbar kabiiro,
Allahu akbar kabiiro, Allahu akbar walillahil hamd wa ajall, Allahu akbar ‘ala
maa hadaanaa.
Shalawat dan salam
semoga tercurahkan pada junjungan kita, suri tauladan kita, Nabi akhir zaman,
Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
begitu pula kepada para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu
akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
Seorang mukmin sudah
sepatutnya terus meminta pada Allah keistiqamahan. Itulah yang kita pinta dalam
shalat minimal 17 kali dalam sehari lewat doa,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ
الْمُسْتَقِيمَ (6)
“Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah:
6)
Ini pertanda kita butuh
untuk terus istiqamah. Artinya, terus berada dalam jalur yang benar, tetap
dalam ibadah pada Allah walau Ramadhan sudah selesai.
Apa keistimewaannya?
Disebutkan dalam
kitab Hilyah Al-Auliya’ beberapa perkataan ulama
berikut.
Ibnul Mubarak
menceritakan dari Bakkar bin ‘Abdillah, ia berkata bahwa ia mendengar Wahb bin
Munabbih berkata, ada seorang ahli lewat di hadapan ahli ibadah yang lain. Ia
pun berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Dijawablah, “Aku begitu takjub pada si
fulan, ia sungguh-sungguh rajin ibadah sampai-sampai ia meninggalkan dunianya.”
Wahb bin Munabbih segera berkata, “Tidak perlu takjub pada orang yang
meninggalkan dunia seperti itu. Sungguh aku lebih takjub pada orang yang bisa
istiqamah.” (Hilyah Al-Auliya’, 4: 51)
Orang yang bisa
istiqamah, ajek terus dalam ibadah, itu lebih baik daripada orang yang
memperbanyak ibadah.
Ingatlah …
Bisa terus istiqamah,
itulah karamah seorang wali Allah (kekasih Allah) yang begitu luar biasa,
وَأَنَّ الْكَرَامَةَ
لُزُومُ الِاسْتِقَامَةِ
“Sesungguhnya karamah
(seorang wali Allah, pen.) adalah bisa terus istiqamah.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10: 29)
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ وَأَجَلُّ اللهُ
أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا
Allahu akbar kabiiro,
Allahu akbar kabiiro, Allahu akbar walillahil hamd wa ajall, Allahu akbar ‘ala
maa hadaanaa.
Lalu bagaimana biar bisa
terus istiqamah?
Ada beberapa kiat yang
secara singkat kami terangkan berikut ini.
Pertama: Selalu berdoa pada Allah karena istiqamah itu hidayah
dari-Nya
Kita butuh doa agar bisa
istiqamah karena hati kita bisa saja berbolak-balik. Oleh karenanya, do’a yang
paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan
adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ
ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal quluub
tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati,
teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Adapun doa yang
diajarkan dalam Al-Qur’an,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ
قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ
أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada
kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia).” (QS. Ali Imron: 8)
Ummu Salamah pernah
bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا
لأَكْثَرِ دُعَائِكَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Rasulullah kenapa
engkau lebih sering berdo’a dengan do’a, ’Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii
‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di
atas agama-Mu)’. ”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ
إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ
اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai Ummu Salamah, yang
namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang
Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja
yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”
Setelah itu Mu’adz bin
Mu’adz (yang meriwayatkan hadits ini) membacakan ayat,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ
قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran:
8) (HR. Tirmidzi, no. 3522; Ahmad, 6: 315. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini
hasan. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Kedua: Berusaha menjaga keikhlasan dalam ibadah
Amalan yang dilakukan
ikhlas karena Allah itulah yang diperintahkan sebagaimana disebutkan dalam
ayat,
وَمَا أُمِرُوا إِلا
لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ
وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan
supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً
أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh
pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan
selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (maksudnya: tidak menerima amalannya,
pen) dan perbuatan syiriknya.” (HR. Muslim, no. 2985)
Adapun buah dari
keikhlasan akan membuat amalan itu langgeng, alias istiqamah. Ibnu
Taimiyah rahimahullah berkata,
وَمَا لاَ يَكُوْنُ لَهُ
لاَ يَنْفَعُ وَلاَ يَدُوْمُ
“Segala sesuatu
yang tidak didasari ikhlas karena
Allah, pasti tidak bermanfaat dan tidak akan kekal.” (Dar’ At-Ta’arudh Al-‘Aql wa An-Naql, 2: 188).
Para ulama juga memiliki
istilah lain,
مَا كَانَ للهِ يَبْقَى
“Segala sesuatu yang
didasari ikhlas karena Allah, pasti akan langgeng.”
Ketiga: Rutin beramal walau sedikit
Amal yang dilakukan tetap
(kontinu) walaupun sedikit itu lebih dicintai Allah dibandingkan amalan yang
langsung banyak namun tak ajek.
Maksudnya, seseorang
dituntun untuk konsekuen dalam menjalankan syari’at atau dalam beramal dan
tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh
Allah daripada amalan yang hanya sesekali dilakukan. Sebagaimana disebutkan
dalam hadits dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-;
beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ
إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang
kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Bukhari, no. 6465; Muslim, no.
783). Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk
merutinkannya.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu
akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
Keempat: Rajin koreksi diri (muhasabah)
Kalau kita rajin
mengoreksi diri, diri kita akan selalu berusaha untuk baik. Allah Ta’ala memerintahkan kita supaya rajin
bermuhasabah (introspeksi diri),
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Hisablah (koreksilah) diri
kalian sebelum kalian itu dihisab. Siapkanlah amalan shalih kalian sebelum
berjumpa dengan hari kiamat di mana harus berhadapan dengan Allah.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 235)
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Pandanglah amal yang telah
kalian lakukan. Apakah amalan shalih yang berujung selamat? Ataukah amalan
jelek yang berujung celaka?” (Zaad Al-Masiir, 8:
224)
Kelima: Memilih teman yang shalih
Teman bergaul amat
penting, itulah yang memudahkan kita untuk istiqamah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ
الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya.”
(QS. Al-Kahfi: 28)
Diriwayatkan dari Abu
Musa radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ
الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ
الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ
تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ
تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang
jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik
minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya
atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika
engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau
mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101)
Imam Al-Ghazali rahimahullah mengatakan, “Bersahabat dan bergaul
dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya.
Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud
dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman
dekatnya.” (Tuhfah Al-Ahwadzi, 7: 94)
Teman yang shalih punya
pengaruh untuk menguatkan iman dan terus istiqamah karena kita akan terpengaruh
dengan kelakuan baiknya hingga semangat untuk beramal. Sebagaimana kata pepatah
Arab,
الصَّاحِبُ سَاحِبٌ
“Yang namanya sahabat
bisa menarik (mempengaruhi).”
Ahli hikmah juga
menuturkan,
يُظَنُّ بِالمرْءِ مَا
يُظَنُّ بِقَرِيْنِهِ
“Seseorang itu bisa
dinilai dari orang yang jadi teman dekatnya.”
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الحَمْدُ
Allahu akbar, Allahu
akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.
Jama’ah shalat Idul Fithri yang semoga senantiasa istiqamah di
jalan Allah,
Agar bisa istiqamah, point
keenam yang bisa diamalkan yaitu:
Melakukan Puasa Syawal
Karena dengan melakukan
puasa Syawal berarti sebagai tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan
sebelumnya.
Dari Abu Ayyub
Al-Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di
bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim,
no. 1164)
Kapan mulai puasa
Syawal? Kapan pun boleh yang penting masih di bulan Syawal.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Disunnahkan melakukannya
secara berturut-turut di awal Syawal. Jika tidak berturut-turut atau tidak
dilakukan di awal Syawal, maka itu boleh. Seperti itu sudah dinamakan melakukan
puasa Syawal sesuai yang dianjurkan dalam hadits.” (Al-Majmu’,
6: 276)
Kemudian sebelum khutbah
ini kami tutup, tidak lupa kami juga sampaikan nasehat khusus untuk ibu-ibu…Perhatikan
dan dengarkan baik wahai ibu-ibu muslimah..
Para ibu-ibu sekalian, sungguh tatkala Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
berkhutbah 'ied maka beliau mengkhususkan sebuah nasehat untuk kalian wahai
kaum Hawa.
Jabir bin Abdillah radhiallahu 'anhu beliau berkata :
شَهِدْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلاَةَ يَوْمَ الْعِيْدِ فَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ ثُمَّ قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى بِلاَلٍ فَأَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ وَحَثَّ عَلَى طَاعَتِهِ وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَكَّرَهُمْ ثَمَ مَضَى حَتَّى أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ فَقَالَ : تَصَدَّقْنَ فَإِنَّ أَكْثَرَكُنَّ حَطَبُ جَهَنَّمَ. فَقَامَتْ امْرَأَةٌ مِنْ وَسَطِ النِّسَاءِ سَفْعَاءَ الْخَدَّيْنِ فَقَالَتْ : لِمَ يَارَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : لِأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ الشَّكَاةَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ قَالَ : فَجَعَلْنَ يَتَصَدَّقْنَ مِنْ حُلِيِّهِنَّ يُلْقِيْنَ فِي ثَوْبِ بِلاَلٍ مِنْ أَقْرَاطِهِنَّ وَخَوَاتِمِهِنَّ
"Aku bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadiri sholat pada hari raya, maka beliau memulai dengan sholat sebelu khutbah tanpa adzan dan iqomah, lalu beliau bertelekan kepada Bilal dan beliau memerintahkan untuk bertakwa dan mendorong untuk ta'at kepada Allah dan beliau menasehati orang-orang dan mengingatkan mereka. Setelah itu beliau berjalan menuju para wanita lalu beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka, beliau berkata : "Hendaknya kalian bersedekah, sesungguhnya kalian adalah mayoritas bahan bakar neraka Jahannam". Maka diantara para wanita berdirilah seorang wanita yang kedua pipinya ada perubahan dan ada kehitaman dan ia berkata : "Kenapa wahai Rasulullah?". Maka Nabi berkata : "Karena kalian sering mengeluh dan banyak mengingkari kebaikan suami". Maka para wanitapun bersedekah dari perhiasan mereka, mereka melemparkan perhiasan mereka ke baju Bilal, berupa anting-anting dan cincin-cincin mereka"
Dalam riwayat Abu Sa'id Al-Khudri radhiallahu 'anhu Rasulullah berkata : تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ "Karena kalian banyak melaknat dan kalian banyak mengingkari kebaikan suami"
Dalam riwayat Ibnu Umar radhiallahu 'anhu Nabi berkata kepada mereka : يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الإِسْتِغْفَارَ " "Wahai para wanita bersedekahlah kalian, dan perbanyaklah beristighfar kepada Allah"
Karenanya para wanita, janganlah kalian melupakan kebaikan suami kalian, janganlah kalian suka mengeluh kepada suami kalian atau mengeluhkan tentang suami kalian, sesungguhnya kehidupan dunia penuh dengan kepayahan dan kesulitan dan tidak akan pernah ada kesempurnaan. Ingatlah suami kalian adalah surga atau neraka kalian sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
فَإِنَّهُ جَنَّتُكِ أَوْ نَارُكِ
"Sesungguhnya suamimu adalah surgamu atau nerakamu".
Jika suamimu ridho dan suka dengan sikapmu, bahagia tatkala memandangmu, mendapatimu adalah seorang wanita yang sabar yang tidak suka mengeluh maka sungguh engkau telah membuka selebar-lebarnya pintu surga. Akan tetapi jika perkaranya adalah sebaliknya, engkau adalah seorang istri yang suka mengeluh, lupa dengan kebaikan suamimu, maka sungguh engkau telah membuka selebar-lebarnya pintu neraka Jahannam...!!
Ingatlah wahai kaum wanita jika engkau telah menikah maka engkau wajib berbakti kepada suamimu sebagaimana engkau wajib berbakti kepada kedua orang tuamu. Jika engkau -wahai wanita sholehah- merasa mendapatkan pahala yang besar tatkala menyenangkan hati ayah dan ibumu, maka demikian pula hendaknya engkau merasa mendapatkan pahala yang besar tatkala menyenangkan dan membahagiakan suamimu. Sebaliknya, jika engkau merasa berdosa besar tatkala membentak dan mengangkat suara di hadapan ayah dan ibumu, maka hendaknya engkau juga merasa berdosa tatkala mengangkat suara dan membentak suami.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar, walillahi al-hamdu. Ma'syaro Muslimin....Ramadhan telah berlalu, lembaran baru kehidupan telah kita buka kembali...., catatan dan coretan hitam telah bersih....tantangan baru kembali hadir....
Belenggu-belenggu syaitan telah terlepas.... Sebagaimana orang-orang yang berpuasa pada hari ini bergembira -karena meraih ampunan Allah-, maka demikian juga para pelaku maksiat juga ikut bergembira dengan berlalunya bulan Ramadhan. Para sahabat mereka dari kalangan syaitan telah terlepas belenggunya dan siap bekerjasama lagi dengan mereka. Para pelaku kemaksiatan kembali leluasa melancarkan godaan mereka.
Sesungguhnya bulan Ramadhan ibarat pesantren kilat yang telah memperbaiki akhlak kita sebulan penuh, telah menggembleng kita untuk kuat sholat malam, mengajari kita untuk meninggalkan syahwat dan hawa nafsu karena Allah, maka sekarang tiba saatnya kita berhadapan dengan ujian...
Apakah di sebelas bulan ke depan kita masih bisa menunjukan nilai-nilai Ramadhan?, ataukah hilang dan lenyaplah nilai-nilai Ramadhan tersebut?
Apakah sholat lima waktu secara berjama'ah di masjid masih bisa kita jaga?
Apakah sholat malam -meskipun hanya sholat witir tiga raka'at atau bahkan hanya satu raka'at- masih bisa kita jaga?
Lembaran-lembaran Al-Qur'an yang selama ini menemani kita di bulan Ramadhan apakah masih bisa tetap menemani kita di sebelas bulan ke depan?
Ataukah semuanya telah berubah?, sholat kita mulai bolong-bolong dan mesjid-mesjid mulai kita tinggalkan?, sholat malam kita berganti mimpi-mimpi dalam tidur yang lelap?, Al-Qur'an tidak lagi menemani kita akan tetapi selalu menjadi hiasan indah di rak-rak kita?. Jika perkaranya demikian maka percayalah bahwa sesungguhnya pesantren Ramadhan yang kita jalani selama sebulan adalah pesantren yang gagal. Sesungguhnya Ramadhan itu ibarat bengkel yang memperbaiki. Jika sebuah mobil yang rusak dimasukan ke dalam bengkel, lalu setelah mobil dikeluarkan dari bengkel maka kondisi mobil semakin baik maka percayalah bahwa bengkel tersebut adalah bengkel yang berhasil. Akan tetapi jika setelah mobil tersebut dikeluarkan dari bengkel ternyata mobil tersebut tidak ada perubahannya atau bahkan ternyata kondisi mobil semakin memburuk, maka percayalah bahwa sesungguhnya bengkel tersebut adalah bengkel yang gagal. Demikian pula halnya dengan Ramadhan, jika ternyata setelah kita keluar dari bulan Ramadhan ternyata kondisi ibadah kita membaik daripada sebelum Ramadhan maka ini merupakan pertanda bahwa Ramadhan kita telah berhasil, ibadah kita selama di bulan Ramadhan telah diterima oleh Allah.
Sungguh merupakah keindahan tatkala seseorang sebelum Ramadhan bergelimang dengan kemaksiatan lalu iapun berpuasa dan setelah bulan Ramadhan berubahlah dia menjadi seorang yang taat. Kemaksiatan yang selama ini merupakan kebiasaannya pun ia tinggalkan. Sholat yang selama ini malas dikerjakannya menjadi rajin untuk ditegakan. Maka sungguh ia ibarat seekor ulat yang selama ini kerjaannya adalah memakan dan merusak dedaunan, lalu ia pun beristirahat dalam kepompongnya dalam beberapa waktu lalu setelah itu iapun keluar dari kepompongnya berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah, yang tidak lagi merusak dedaunan, membantu penyerbukan tanaman, bahkan menyenangkan orang yang memandangnya dan yang berada disekitarnya. Kupu-kupu yang bertebangan di udara terlihat cantik dan menawan.
warna tubuhnya yang indah bagaikan pelangi, sungguh menyejukkan hati
Setelah Ramadhan jadilah kita orang yang lebih baik, lebih baik bagi istri kita, lebih baik bagi suami kita, lebih baik bagi anak-anak kita, lebih berbakti kepada orang tua kita, menyenangkan orang sekitar kita. Sebagaimana kupu-kupu membantu penyerbukan tanaman maka jadilah kita bermanfaat bagi orang lain.
Ramadhan harus memberikan perubahan kita ke arah yang lebih baik. Sungguh kita tidak tahu apakah kita masih bisa bertemu dengan Ramadhan-ramadhan tahun berikutnya...?, sungguh kita tidak tahu apakah kita masih bisa sujud dan ruku', bersimpuh dan menangis lagi di malam-malam bulan Ramadhan...?, kita tidak tahu apakah kita masih bisa bertemu dengan malam Laialatul Qodar yang lebih baik dari seribu bulan?. Ramadhan tahun ini harus memberikan kehidupan baru bagi kita, harus menjadi motivasi bagi kita dalam beraktivitas kebaikan....
Jabir bin Abdillah radhiallahu 'anhu beliau berkata :
شَهِدْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلاَةَ يَوْمَ الْعِيْدِ فَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ ثُمَّ قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى بِلاَلٍ فَأَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ وَحَثَّ عَلَى طَاعَتِهِ وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَكَّرَهُمْ ثَمَ مَضَى حَتَّى أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ فَقَالَ : تَصَدَّقْنَ فَإِنَّ أَكْثَرَكُنَّ حَطَبُ جَهَنَّمَ. فَقَامَتْ امْرَأَةٌ مِنْ وَسَطِ النِّسَاءِ سَفْعَاءَ الْخَدَّيْنِ فَقَالَتْ : لِمَ يَارَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : لِأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ الشَّكَاةَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ قَالَ : فَجَعَلْنَ يَتَصَدَّقْنَ مِنْ حُلِيِّهِنَّ يُلْقِيْنَ فِي ثَوْبِ بِلاَلٍ مِنْ أَقْرَاطِهِنَّ وَخَوَاتِمِهِنَّ
"Aku bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadiri sholat pada hari raya, maka beliau memulai dengan sholat sebelu khutbah tanpa adzan dan iqomah, lalu beliau bertelekan kepada Bilal dan beliau memerintahkan untuk bertakwa dan mendorong untuk ta'at kepada Allah dan beliau menasehati orang-orang dan mengingatkan mereka. Setelah itu beliau berjalan menuju para wanita lalu beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka, beliau berkata : "Hendaknya kalian bersedekah, sesungguhnya kalian adalah mayoritas bahan bakar neraka Jahannam". Maka diantara para wanita berdirilah seorang wanita yang kedua pipinya ada perubahan dan ada kehitaman dan ia berkata : "Kenapa wahai Rasulullah?". Maka Nabi berkata : "Karena kalian sering mengeluh dan banyak mengingkari kebaikan suami". Maka para wanitapun bersedekah dari perhiasan mereka, mereka melemparkan perhiasan mereka ke baju Bilal, berupa anting-anting dan cincin-cincin mereka"
Dalam riwayat Abu Sa'id Al-Khudri radhiallahu 'anhu Rasulullah berkata : تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ "Karena kalian banyak melaknat dan kalian banyak mengingkari kebaikan suami"
Dalam riwayat Ibnu Umar radhiallahu 'anhu Nabi berkata kepada mereka : يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الإِسْتِغْفَارَ " "Wahai para wanita bersedekahlah kalian, dan perbanyaklah beristighfar kepada Allah"
Karenanya para wanita, janganlah kalian melupakan kebaikan suami kalian, janganlah kalian suka mengeluh kepada suami kalian atau mengeluhkan tentang suami kalian, sesungguhnya kehidupan dunia penuh dengan kepayahan dan kesulitan dan tidak akan pernah ada kesempurnaan. Ingatlah suami kalian adalah surga atau neraka kalian sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
فَإِنَّهُ جَنَّتُكِ أَوْ نَارُكِ
"Sesungguhnya suamimu adalah surgamu atau nerakamu".
Jika suamimu ridho dan suka dengan sikapmu, bahagia tatkala memandangmu, mendapatimu adalah seorang wanita yang sabar yang tidak suka mengeluh maka sungguh engkau telah membuka selebar-lebarnya pintu surga. Akan tetapi jika perkaranya adalah sebaliknya, engkau adalah seorang istri yang suka mengeluh, lupa dengan kebaikan suamimu, maka sungguh engkau telah membuka selebar-lebarnya pintu neraka Jahannam...!!
Ingatlah wahai kaum wanita jika engkau telah menikah maka engkau wajib berbakti kepada suamimu sebagaimana engkau wajib berbakti kepada kedua orang tuamu. Jika engkau -wahai wanita sholehah- merasa mendapatkan pahala yang besar tatkala menyenangkan hati ayah dan ibumu, maka demikian pula hendaknya engkau merasa mendapatkan pahala yang besar tatkala menyenangkan dan membahagiakan suamimu. Sebaliknya, jika engkau merasa berdosa besar tatkala membentak dan mengangkat suara di hadapan ayah dan ibumu, maka hendaknya engkau juga merasa berdosa tatkala mengangkat suara dan membentak suami.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar, walillahi al-hamdu. Ma'syaro Muslimin....Ramadhan telah berlalu, lembaran baru kehidupan telah kita buka kembali...., catatan dan coretan hitam telah bersih....tantangan baru kembali hadir....
Belenggu-belenggu syaitan telah terlepas.... Sebagaimana orang-orang yang berpuasa pada hari ini bergembira -karena meraih ampunan Allah-, maka demikian juga para pelaku maksiat juga ikut bergembira dengan berlalunya bulan Ramadhan. Para sahabat mereka dari kalangan syaitan telah terlepas belenggunya dan siap bekerjasama lagi dengan mereka. Para pelaku kemaksiatan kembali leluasa melancarkan godaan mereka.
Sesungguhnya bulan Ramadhan ibarat pesantren kilat yang telah memperbaiki akhlak kita sebulan penuh, telah menggembleng kita untuk kuat sholat malam, mengajari kita untuk meninggalkan syahwat dan hawa nafsu karena Allah, maka sekarang tiba saatnya kita berhadapan dengan ujian...
Apakah di sebelas bulan ke depan kita masih bisa menunjukan nilai-nilai Ramadhan?, ataukah hilang dan lenyaplah nilai-nilai Ramadhan tersebut?
Apakah sholat lima waktu secara berjama'ah di masjid masih bisa kita jaga?
Apakah sholat malam -meskipun hanya sholat witir tiga raka'at atau bahkan hanya satu raka'at- masih bisa kita jaga?
Lembaran-lembaran Al-Qur'an yang selama ini menemani kita di bulan Ramadhan apakah masih bisa tetap menemani kita di sebelas bulan ke depan?
Ataukah semuanya telah berubah?, sholat kita mulai bolong-bolong dan mesjid-mesjid mulai kita tinggalkan?, sholat malam kita berganti mimpi-mimpi dalam tidur yang lelap?, Al-Qur'an tidak lagi menemani kita akan tetapi selalu menjadi hiasan indah di rak-rak kita?. Jika perkaranya demikian maka percayalah bahwa sesungguhnya pesantren Ramadhan yang kita jalani selama sebulan adalah pesantren yang gagal. Sesungguhnya Ramadhan itu ibarat bengkel yang memperbaiki. Jika sebuah mobil yang rusak dimasukan ke dalam bengkel, lalu setelah mobil dikeluarkan dari bengkel maka kondisi mobil semakin baik maka percayalah bahwa bengkel tersebut adalah bengkel yang berhasil. Akan tetapi jika setelah mobil tersebut dikeluarkan dari bengkel ternyata mobil tersebut tidak ada perubahannya atau bahkan ternyata kondisi mobil semakin memburuk, maka percayalah bahwa sesungguhnya bengkel tersebut adalah bengkel yang gagal. Demikian pula halnya dengan Ramadhan, jika ternyata setelah kita keluar dari bulan Ramadhan ternyata kondisi ibadah kita membaik daripada sebelum Ramadhan maka ini merupakan pertanda bahwa Ramadhan kita telah berhasil, ibadah kita selama di bulan Ramadhan telah diterima oleh Allah.
Sungguh merupakah keindahan tatkala seseorang sebelum Ramadhan bergelimang dengan kemaksiatan lalu iapun berpuasa dan setelah bulan Ramadhan berubahlah dia menjadi seorang yang taat. Kemaksiatan yang selama ini merupakan kebiasaannya pun ia tinggalkan. Sholat yang selama ini malas dikerjakannya menjadi rajin untuk ditegakan. Maka sungguh ia ibarat seekor ulat yang selama ini kerjaannya adalah memakan dan merusak dedaunan, lalu ia pun beristirahat dalam kepompongnya dalam beberapa waktu lalu setelah itu iapun keluar dari kepompongnya berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah, yang tidak lagi merusak dedaunan, membantu penyerbukan tanaman, bahkan menyenangkan orang yang memandangnya dan yang berada disekitarnya. Kupu-kupu yang bertebangan di udara terlihat cantik dan menawan.
warna tubuhnya yang indah bagaikan pelangi, sungguh menyejukkan hati
Setelah Ramadhan jadilah kita orang yang lebih baik, lebih baik bagi istri kita, lebih baik bagi suami kita, lebih baik bagi anak-anak kita, lebih berbakti kepada orang tua kita, menyenangkan orang sekitar kita. Sebagaimana kupu-kupu membantu penyerbukan tanaman maka jadilah kita bermanfaat bagi orang lain.
Ramadhan harus memberikan perubahan kita ke arah yang lebih baik. Sungguh kita tidak tahu apakah kita masih bisa bertemu dengan Ramadhan-ramadhan tahun berikutnya...?, sungguh kita tidak tahu apakah kita masih bisa sujud dan ruku', bersimpuh dan menangis lagi di malam-malam bulan Ramadhan...?, kita tidak tahu apakah kita masih bisa bertemu dengan malam Laialatul Qodar yang lebih baik dari seribu bulan?. Ramadhan tahun ini harus memberikan kehidupan baru bagi kita, harus menjadi motivasi bagi kita dalam beraktivitas kebaikan....
Akhirnya kami memohon
kepada Allah Ta’ala agar senantiasa
memberikan kita petunjuk dan taufik untuk tetap beramal shalih selepas Ramadhan
ini.
Moga amalan kita di
bulan Ramadhan yaitu amalan shalat malam, membaca Al-Qur’an, bersedekah dan
lainnya diterima oleh Allah. Moga kita diberi keistiqamahan serta diberi
keistimewaan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan berikutnya.
Mari kita tutup khutbah
Idul Fithri dengan doa, moga Allah perkenankan setiap doa kita di hari penuh
kebaikan ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ
بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ،
وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا،
وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ
التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ،
قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ
أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا
وَمِنْكُم تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا
وَمِنْكُم
عِيْدُكُمْ مُبَارَكٌ
وَعَسَاكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ
كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ
بِخَيْرٍ
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Sumber : rumaysho dan khutbah id
Disusun kembali oleh : Hafidz Abu Abdillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar