BTemplates.com

Pages

Senin, 08 Desember 2014

Maukah Engkau Mengambil Sesuatu yang Rendah Sebagai Pengganti yang Baik?

بسم الله الرحمن الرحيم

Al-Qur'an banyak sekali mengisahkan kisah-kisah umat terdahulu. Di antaranya adalah kisah Nabi Musa bersama kaumnya, yaitu Bani Israil. Suatu kaum yang Allah turunkan pada mereka cahaya petunjuk, namun mereka lebih memilih jalan kegelapan. Allah menjadikan kisah mereka sebagai pelajaran bagi kita semua, namun kebanyakan manusia tidak memahaminya. Hingga mereka pun terjatuh ke dalam lubang yang Bani Israil terjatuh di dalamnya. Yaitu mengganti sesuatu yang baik dengan sesuatu yang jelek dan rendah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengisahkan,
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نَّصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنبِتُ اْلأَرْضُ مِن بَقْلِهَا وَ قِثَّآئِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ الْمَسْكَنَةُ وَبَآءُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِئَايَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ

Dan (ingatlah), ketika kalian (Bani Israil) berkata, "Wahai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Rabb-mu, agar Dia mengeluarkan bagi kami, apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya."

Musa berkata, "Maukah kalian mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang baik? Pergilah kalian ke suatu kota, pastilah kalian memperoleh apa yang kalian minta."

Lalu ditimpakan kenistaan dan kehinaan kepada mereka, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas." (QS. Al-Baqarah: 61)

Allah telah menganugerahkan kepada mereka makanan yang baik-baik dan lebih bernilai berupa madu dan salwa, akan tetapi mereka justru memilih makanan yang lebih rendah kualitasnya. Mereka memilih sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang baik. Maka Allah turunkan kenistaan dan kehinaan kepada mereka disebabkan karena perbuatan mereka yang selalu menentang Allah dan Rasul-Nya.

فَلْيَحْذَرِ‌ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِ‌هِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih."(QS. An-Nur: 63)

Pertanyaan Nabi Musa tersebut akan menjadi inti dalam pembahasan kali ini. Pertanyaan yang muncul karena sikap keras kepalanya Bani Israil. Ketika diajak kepada petunjuk, mereka lebih memilih untuk berpaling. Ketika diajak untuk memasuki Baitul Maqdis, mereka tidak mau melakukannya. Ketika diperintah untuk menyembelih anak sapi, mereka enggan melaksanakannya. Mereka mengganti hal-hal yang baik dengan perkara yang jelek.

Inilah suatu keadaan yang mengubah manusia menjadi rendah derajatnya. Keadaan yang menjadi sebab turunnya musibah dan petaka. Hal inilah yang juga menjadi sebab terjadinya banyak musibah di zaman sekarang, ketika kaum muslimin enggan dan berpaling dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

إِنَّ اللَّـهَ لَا يُغَيِّرُ‌ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُ‌وا مَا بِأَنفُسِهِمْ

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd: 11)

Allah menurunkan kehinaan kepada suatu kaum dikarenakan perbuatan mereka sendiri, dan Allah tidak akan mengubahnya menjadi baik kecuali bila mereka mau memperbaiki keadaan mereka sendiri.

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّـهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرً‌ا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُ‌وا مَا بِأَنفُسِهِمْ

"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Al-Anfal: 85)

Di antara keindahan agama ini, agama ini mengandung petunjuk dan cahaya.

اللَّـهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِ‌جُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ‌

"Allah adalah wali bagi orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya." (QS. Al-Baqarah: 257)

Tapi bersamaan dengan itu, banyak sekali manusia yang lebih mencintai kegelapan.

وَالَّذِينَ كَفَرُ‌وا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِ‌جُونَهُم مِّنَ النُّورِ‌ إِلَى الظُّلُمَاتِ

"Dan orang-orang yang kafir, wali-walinya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan." (QS. Al-Baqarah: 257)

Di antara keindahan lainnya di dalam agama ini, agama ini adalah ruh dari kehidupan.

وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُ‌وحًا مِّنْ أَمْرِ‌نَا

"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh dengan perintah Kami." (QS. Asy-Syura: 52)

Tapi banyak manusia yang justru mencabut ruh-ruhnya. Hingga mereka melakukan aktivitas namun hakikatnya tidak hidup, menjadi mayat yang berjalan di atas muka bumi.

أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورً‌ا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِ‌جٍ مِّنْهَا

"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?" (QS. Al-An'am: 122)

Demikian pula, Allah menyediakan negeri akhirat bagi hamba-hambanya. Tapi banyak dari mereka yang lebih memilih kehidupan dunia yang rendah.

فَمَا أُوتِيتُم مِّن شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَمَا عِندَ اللَّـهِ خَيْرٌ‌ وَأَبْقَىٰ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَ‌بِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

"Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia. Dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal." (QS. Asy-Syura: 36)

بَلْ تُؤْثِرُ‌ونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَ‌ةُ خَيْرٌ‌ وَأَبْقَىٰ

"Tetapi kalian lebih memilih kehidupan dunia. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al-A'la: 16-17)

Allah juga membentangkan jalan bagi hamba-hambanya untuk mendapatkan rezeki yang halal.

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

"Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (QS. Al-Mulk: 15)

Tapi bersamaan dengan itu, banyak dari manusia justru mencari dunia dengan cara yang haram. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan,

يأتي على الناس زمان لا يبالي المرء ما أخذ منه أمن الحلال أم من الحرام

"Akan datang kepada manusia suatu zaman yang seseorang tidak peduli apa yang dia ambil. Apakah dari hasil yang halal atau yang haram."[1]

Kemudian, di antara bentuk mengganti sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang baik adalah seorang hamba memiliki Rabb yang ia ibadahi. Sudah semestinya ia bergantung dan berharap hanya kepada-Nya dengan begitu Allah pasti akan menjaminnya.

أَلَيْسَ اللَّـهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ

"Bukankah Allah telah mencukupi hambanya?" (QS. Az-Zumar: 36)

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّـهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya." (QS. Ath-Thalaq: 3)

Tapi banyak dari manusia ketika terjadi kesusahan dan kesempitan justru tawakkalnya kepada manusia yang lain.

Sebagian salaf berkata ketika melihat seseorang mengadukan kesulitannya kepada orang lain,

يا هذا والله ما زدت على أن شكوت من يرحمك الى من لا يرحمك

"Wahai kamu -demi Allah- engkau tidaklah menambah apa pun selain mengeluhkan yang mengasihimu (Allah) kepada yang tak mengasihimu."

Dikatakan dalam sebuah sya'ir,

إذا شكوت إلى ابن آدم إنما *** تشكو الرحيم إلى الذي لا يرحم

Bila engkau mengadu kepada anak Adam. Engkau hanyalah mengeluhkan yang Pengasih (Allah) kepada yang tak mengasihi (manusia).[2]

Demikian pula di antara keindahan agama ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan Islam sebagai agama yang dengannya kita bersatu di atas kebenaran, di atas Al-Qur'an dan As-Sunnah, di atas Al-Jama'ah. Al-Jama'ah di sini memiliki dua makna. Al-Jama'ah dalam arti mengikuti Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai jalannya para sahabat radhiallahu 'anhum walaupun seorang diri. Sebagaimana perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu,

الجماعة ما وافق الحق ولو كنت وحدك

"Al-Jama’ah adalah siapa saja yang sesuai dengan kebenaran walaupun engkau sendiri."[3]

Al-Imam Al-Baihaqi berkata,

إذا فسدت الجماعة فعليك بما كانوا عليه من قبل وإن كنت وحدك فإنك أنت الجماعة حينئذ

"Ketika Al-Jama'ah (kaum muslimin) telah rusak maka hendaknya engkau berpegang pada pemahaman orang terdahulu (salaf) walaupun engkau sendirian, maka ketika itu engkaulah Al-Jama'ah."[4]

Kedua, Al-Jama'ah dalam arti ta'at dan patuh kepada pemimpin kaum muslimin.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّـهَ وَأَطِيعُوا الرَّ‌سُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ‌ مِنكُمْ

"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kalian." (QS. An-Nisa: 59)

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

من رأى من أميره شيئا يكرهه فليصبر عليه فإنه من فارق الجماعة شبرا فمات ، إلا مات ميتة جاهلية

"Barangsiapa yang melihat sesuatu yang tidak ia sukai dari pemimpinnya, maka bersabarlah. Karena barangsiapa yang keluar dari Al-Jama’ah sejengkal saja lalu mati, ia mati seperti matinya jahiliyah."[5]

Bentuk mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang baik adalah seseorang lebih suka mengambil pendapatnya sendiri dalam beragama. Ketika ditunjukkan kepadanya hujjah berupa Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih, dia lebih memilih pendapatnya sendiri atau pendapat kelompoknya.

Juga, mengganti yang baik dengan sesuatu yang rendah adalah dengan keluarnya ia dari ketaatan kepada penguasa/pemerintah walaupun penguasa tersebut berbuat zhalim/fasiq.[6] Mereka melakukan kudeta, demonstrasi, sibuk mencari aib penguasa, dan mencelanya di hadapan manusia.[7]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,

ستون سنة من سلطان ظالم خير من ليلة واحدة بلا سلطان

"Enam puluh tahun di bawah penguasa yang zhalim itu lebih baik daripada satu malam tanpa penguasa."

Keadaan manusia yang tadinya di atas kebaikan kemudian mereka keluar dari ketaatan penguasa pasti akan mendatangkan baebagai akibat yang buruk. Bisa kita lihat kejadian-kejadian yang telah berlalu di negeri ini maupun di negeri-negeri kaum muslimin yang lain dari orang-orang yang suka mengganggu dan memprovokasi, maka terlahirlah dibelakangnya berbagai kerusakan dan pelanggaran. Inilah bentuk mengganti sesuatu yang baik dengan sesuatu yang rendah. Namun kebanyakan manusia tidak memahaminya.

لَّا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَ‌ةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّـهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (QS. Al-Maidah: 100)

Semoga kita semua senantiasa menanamkan dalam diri masing-masing bahwa mempelajari ilmu agama berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman yang benar dan mengamalkannya sebagai bentuk nikmat dari Allah yang harus terus kita jaga. Jangan sampai tergantikan dengan susuatu yang lebih rendah dan lebih hina dari itu.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan taufiq kepada kita semuanya untuk tetap istiqomah di atas Al-Quran dan As-Sunnah dan memberikan kesudahan yang baik.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم


Surakarta, 14 November 2014

Rizky Tulus

Catatan kaki:
[1] diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya no. 2059
[2] dinukil dari Ibnul Qayyim dalam Al-Fawaid hal. 87
[3] diriwayatkan oleh Al-Lalika'i dalam Syarh Ushul I'tiqad Ahlissunnah wal Jama'ah 1/122 no. 160
[4] dinukil dari Muhammad Abdurrauf Al-Manawi dalam Faidul Qadhir 4/99 no. 4672
[5] diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya no. 7054
[6] dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahihnya no. 1847,  Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

يكون بعدي أئمة لا يهتدون بهداي ولا يستنون بسنتي وسيقوم فيهم رجال قلوبهم قلوب الشياطين في جثمان إنس

"Akan muncul sepeninggalku para pemimpin yang tidak mengambil petunjuk dengan petunjukku dan tidak mengambil sunnah dengan sunnahku. Akan ada pula di tengah-tengah mereka orang-orang yang berhati setan namun berbadan manusia."

Hudzaifah bertanya,

كيف أصنع يا رسول الله إن أدركت ذلك

"Apa yang harus saya lakukan, wahai Rasulullah, jika saya menjumpai hal itu?"

Maka Rasulullah menjawab,

تسمع وتطيع للأمير وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك فاسمع وأطع

"Engkau tetap mendengar dan taat kepada pemimpin, walaupun punggungmu dipukul dan hartamu dirampas, tetaplah mendengar dan taat."

[7] dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dalam Musnadnya 3/403 no. 15369, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

من أراد أن ينصح لذي سلطان فلا يبده علانية ، ولكن يأخذ بيده فيخلوا به ، فإن قبل منه فذاك ، وإلا كان قد أدى الذي عليه

"Barang siapa ingin menasihati pemimpin, janganlah menampakkannya secara terang-terangan. Akan tetapi, hendaknya ia membawanya lalu menyendiri dengannya (untuk menasihatinya). Jika diterima, itulah yang diharapkan. Jika tidak, dia telah menunaikan kewajiban yang ditanggungnya."

Sumber: http://www.ashfiya.com/2014/11/maukah-engkau-mengambil-sesuatu-yang-rendah.html#ixzz3LG1KIvO8

Tidak ada komentar:

 

Blogger news

Blogroll

About